BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Amphibi merupakan hewan
dengan kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut dan mampu
hidup di air maupun di darat. Amphibia berasal dari bahasa Yunani yaitu Amphi
yang berarti dua dan Bios yang berarti hidup. Karena itu amphibi diartikan
sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di darat dan di air.
Pada umumnya, amphibia
mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua adalah di
daratan. ( Zug, 1993).
Pada
fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas dengan insang. Pada fase ini
berudu bergerak menggunakan ekor. Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas
dengan paru-paru. Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki.Perubahan
cara bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan
menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaan menghilang. Pada
anura, tidak ditemukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam
liang dan bergerak dengan cara melompat.(Zug,1993).
Amphibia memiliki
kelopak mata dan kelenjar air mata yang berkembang baik. Pada mata terdapat
membrana nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan
dan kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami
modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar
dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir
tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang
menghasilkan bahan pelembab atau perekat.Walaupun demikian, tidak semua amphibi
melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan. Pada beberapa amphibi,
misalnya anggota Plethodontidae, tetap tinggal dalam perairan dan tidak menjadi
dewasa. Selama hidup tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan
berkembang biak secara neotoni.
Ada beberapa jenis
amphibi lain yang sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu
tertentu kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa jenis
yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok ini tidak terdapat
stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb, 1986)
I.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaiman ciri- ciri umum amphibi
morfologi dan topografi beberapa hewan amphibi?
2.
Apasajakah ordo-ordo dalam amphibi
beserta contoh dan ciri-ciri dari ordo- ordo tersebut?
3.
Bagaimana
sistem pernapasan (respiratorium) pada amphibi dan sistem pencernaan pada
amphibi?
4.
Bagaimana sistem cardiovaskuler pada
kodok atau katak dan sisitem rangka dan otot pada beberapa contoh hewan amphibi?
5.
Bagaimana
sistem peredaran atau sirkulasi dan sistem endokrin?
6.
Bagaimana sistem urogenital dan sisitem
syaraf?
I.3 Tujuan Makalah
1.
Untuk
menjelaskan
ciri- ciri umum amphibi morfologi dan topografi beberapa hewan amphibi.
2.
Untuk
menjelaskan ordo-ordo dalam amphibi beserta contoh dan ciri-ciri dari ordo-
ordo tersebut.
3.
Untuk
menjelaskan
sistem pernapasan (respiratorium) pada amphibi dan sistem pencernaan pada
amphibi.
4.
Untuk
menjelaskan
sisitem cardiovaskuler pada kodok atau katak dan sisitem rangka dan otot pada
beberapa contoh hewan amphibi.
5.
Untuk
menjelaskan
sistem peredaran atau sirkulasi dan sistem endokrin.
6.
Untuk
menjelaskan sistem urogenital dan sisitem syaraf.
I.4 Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yang
mengambil beberapa sumber dari buku-buku alternative dan juga mengambil
beberapa sumber di internet tentang amfibi.
BAB II
ISI
II.1 CIRI-
CIRI UMUM AMPHIBI MORFOLOGI DAN TOPOGRAFI
A.
Pengertian
Amphibi
Amphibia
berasal dari kata amphi yang artinya rangkap dan bios yang artinya hidup.
Amphibi mempunyai pengrtian bahwa didalam siklus hidupnya memerlukan 2 macam
habitat yaitu di darat dan di air .
Menurut Verma (1979) Amphibia
mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut :
a) Berdarah
dingin (poikiloterm)
b) Kulit
halus dan kasar, banyak mengandung kelenjar
c) Sisik-sisik
bila ada tersembunyi didalam kulit
d) Tengkorak
berartikulasi dengan tulang atlas melalui dua condylus occipitalis
e) Tungkai
bila ada bertipe fentadactyla
f) Erityrosit
bikonveks, oval, bernukleus
g) Jantung
terdiri atas dua atrium , satu ventrikel dan satu konus
h) Arcus
artat simetris
i)
Pada umumnya mempunyai insang, paling
tidak stadium awal perkembangan
j)
Telur-telur dibungkus oleh bahan
gelatin, biasanya dikeluarkan dalam air
k) Larva
berubah menjadi dewasa setelah mengalami metamorfosa.
B.
Morfologi
dan Topografi Amphibi
Hewan
amphibi adalah hewan yang hidup di dua alam. Tubuh amphibia terbagi atas
kepala, badan, dan ekor. Kulit amphibia berlendir, terdiri dari 2 lapis (dermis
dan epidermis). Ketika fase lrva hidup di dalam air dan bernafas menggunakan
insang. Setelah dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru. Dalam
siklus hidupnya amphibia mengalami metamorfosa sempurna.
Ciri-Ciri Amphibi
Penutup tubuh kulit yang berlendir, tidak bersisik dan halus. Terdiri dari
dermis dan epidermis. Alat gerak dua pasang kaki dan pada setiap kakinya
terdapat selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan kakinya
berfungsi untuk melompat dan berenang. Alat pernapasan pernapasan pada saat
masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat pernapasannya berupa
paru-paru dan kulit dan hidung amfibi mempunyai katup yang mencegah air masuk
ke dalam rongga mulut ketika menyelam Habitat air dan darat Suhu tubuh tidak
tetap, berubah-ubah mengikuti suhu lingkungannya (berdarah dingin/poikiloterm)
Peredaran darahnya Tertutup Alat penglihatan Mata dan matanya mempunyai selaput
tambahan yang disebut membran niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam
Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi oleh yang jantan di
luar tubuh induknya (pembuahan eksternal) Jantung terdiri dari tiga ruangan
yaitu dua serambi dan satu bilik
Sistem Rangka Amphibi
Amphibi memiliki sistem rangka yang lebih tebal dan luas secara proporsional,
apabila dibandingkan dengan pisces. Tengkorak Amphibi mempunyai tulang-tulang
premaksila, nasal, frontal, parietal, dan skuamosa. Pada permukaan dorsal dari
tubuh anura tidak tertutup tulang seluruhnya. Bagian kondrokronium belum
mengeras, hanya daerah oksipital dan eksoksipital yang mengeras, dan
masing-masing memiliki kondila bertemu dengan vertebra pertama. Amphibi tidak
memiliki langitlangit (palatum skunder), akibatnya nares internal lebih maju di
dalam langit-langit mulut. Di bagian ventral otak tertutup oleh tulang dermal
dinamakan parasfenoid. Gigi terletak pada premaksila, maksila, palatine, vomer,
parasfenoid, dan tulang dental. Ada beberapa Amphibi yang tidak memiliki gigi,
atau gigi pada rahang bawah.
Kelenjar Kulit
1.Glandula Mucosa (Kelenjar Lendir yang menghasilkan lendir bening untuk
memudahkan katak melepaskan diri bila ditangkap. 2.Glandula Toxicon (Poison
gland)kelenjar racun ,yang menghasilkan zat racun yang pada tingkat tertentu
dapat mematikan Hewan lain .pada Kodk berwrna putih terutama bagian Kepala.
Dalam kulit terdapat Butir-butir Pigmen (Zat warna) pada Epidermis dan Sel-sel
pigment pada Endodermis ,Yaitu: - Melanophora (Warna Hitam atau Coklat) -
Lipophora (Warna pigment merah atau kuning)
Sistem Otot Amphibi,
seperti sistem-sistem otot pada organ yang lain sebagai transisi antara ikan
dan reptil. Sistem otot ikan terpusat pada gerakan tubuh ke lateral, membuka
dan menutup mulut serta gill apertura (operculum atau penutup lubang/celah
insang), dan gerakan sirip yang relatif sederhana. Ada perbedaan antara ikan
dengan amphibi, yaitu sekat horizontal pada amphibi membagi otot dorsal dan
ventral.
Sistem saraf Sistem
saraf pada amfibi terdiri atas sistem saraf sentral dan sistem saraf
periforium. Sistem saraf sentral terdiri dari : encephalon(otak) dan medulla
spinalis. Enchephalon terdapat pada kotak otak (cranium). Pada sebelah dorsal
akan tampak dua lobus olfactorium menuju saccus nasalis, dua haemisperium
cerebri atau cerebrum kanan kiri yang berbentuk ooid yang dihubungkan dengan
comisure anterior, sedangkan bagian anteriornya dergabung dengan dienchepalon
medialis. Dibagian belakang ini terdapat dua bulatan lobus opticus yang
ditumpuk otak tengah tengah (mesenchepalon) sebelah bawahnya merupakancerebreum
(otak kecil). Dibelakang terdapat bagian terbuka sebelah atas yakni medulla
oblongata yang berhubungan dengan medulla spinalis dan berakhir disebelah
felium terminale .
Pernafasan Amphibi Pada
katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut, kulit, dan paru-paru.
Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya di air. Selaput
rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat pernapasan karma tipis dan banyak
terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga
mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara
berada di rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut yang
tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan
kulit, ini dimungkinkan karna kulitnya selalu dalam keadaan basah dan mengandung
banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang masuk
lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung
untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan
di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru lewat arteri
kulit paru-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan demikian pertukaran oksigen dan
karbon dioksida dapat terjadi di kulit.
Sistem Pencernaan Di
dalam mulut terdapat gerigi kecil di sepanjang rahang atas, dan ada gigi
vomerin pada langit-langit mulut. Lidah berotot dan bfurfate (cabang dua) pada
ujungnya, dan bertaut pada bagian anterior mulut. Saluran pencernaan mulai dari
esophagus (bedinding lurus dan besar) langsung bersatu dengan lambung. Lambung
memanjang dan erkelok ke samping kiri dan berotot. Usus terdiri dari intestinum
(keci, panjang, berkelok-kelok), rectum yang langsung bersatu dengan cloaca.
Hati dn pancreas mempunyai mempunyai saluran-saluran menuju ke duodenum,
kandung empedu, lambung intestinum. Pada potongan melintang intestinum terdiri
dari empat lapisan, yaitu: peritoneum, lapisan otot, submukosa dan mukosa
Sistem ekskresi Alat
ekskresi utama katak adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang terletak di
kanan dan kiri tulang belakang. Ginjal berwarna merah kecokelat¬cokelatan.
Ginjal sebagai alat penyaring akan mengeluarkan zat sisa, yaitu garam-garam
mineral dan cairan dari darah. Saluran ekskresi katak merupakan sepasang
saluran yang akan bermuara di kloaka. Pada katak jantan, saluran ginjal. dan
saluran kelaminnya menyatu, sedangkan pada katak betina tidak.
Reproduksi Amphibi
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal pada anura pada
umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses perkawinan secara eksternal
dilakukan di dalam perairan yang tenang dan dangkal. Di musim kawin, pada anura
ditemukan fenomena unik yang disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang
berukuran lebih kecil menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh
betina yang lebih besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh betina
agar mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa dibuahi jantannya. Amplexus bisa
terjadi antara satu betina dengan 2 sampai 4 pejantan di bagian dorsalnya dan
sering terjadi persaingan antar pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling
lama bertahan dengan amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya. Amphibi
berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur, namun ada juga beberapa
famili amphibi yang vivipar, yaitu beberapa anggota ordo apoda
Sistem Peredaran Darah
Amphibi Jantung katak terdiri dari tiga ruang yaitu : atrium kiri, atrium
kanan, dan ventrikel (2 atrium, 1 ventrikel). Atrium kanan menerima darah yang
miskin oksigen dari seluruh tubuh, sedangkan atrium kiri menerima darah dari
paru – paru. Darah dari kedua atrium bersama – sama masuk ventrikel. Walaupun
tampaknya terjadi percampuran antara darah yang miskin oksigen dengan darah
yang kaya oksigen namun percampuran diminimalisasi oleh adanya sekat – sekat
yang terdapat pada ventrikel. Dari ventrikel, darah masuk ke pembuluh darah
yang bercabang tiga. Arteri anterior mengalirkan darah ke kepala dan ke otak.
Cabang tengah (lung aorta) mengalirkan darah ke jaringan internal dan organ
dalam badan, sedangkan arteri posterior dilewati oleh darah yang menuju kulit
dan paru – paru. Darah vena dari seluruh tubuh mengalir masuk ke sinus venosus
dan kemudian mengalir menuju ke atrium kanan. Dari atrium kanan, darah mengalir
ke ventrikel yag kemudian di pompa keluar melalui arteri pulmonalis → paru –
paru → vena pulmonalis → atrium kanan. Lintasan peredaran darah ini disebut
peredaran darah paru – paru.
II.
2 KLASIFIKASI AMPHIBIA
Adapun kedudukan amphibia dalam sistem klasifikasi yaitu:
Kerajaan :
Animalia
Filum Chordata
Upafilum :
Vertebrata
Superkelas :
Tetrapoda
Kelas : Amphibia
Menurut Verma
anggota amphibia dapat dibedakan menjadi 3 ordo yaitu Urodela (Salamander),
Apoda (Gymnophiona ), dan Anura (katak dan kodok).
1. Ordo Apoda (Gymnophoina)
Ordo Caecilia Gymnophiona mempunyai
anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda.
Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor
mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh
kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor.
Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai organ sensory.
Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas
dengan insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya
ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi pada Caecilia
terjadi secara internal. Ordo Gymnophiona mempunyai 5 famili. yaitu
Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan
Caecilidae. Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae,
Caecilinae dan Typhlonectinae. ( Webb et.al, 1981). Famili yang ada di Indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota famili ini
mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata relatif
berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air dengan
tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu
yang lama di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan di
Indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.
2. Ordo
Urodela
Urodela disebut juga caudata. Ordo ini
mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota gerak dan ekor serta
tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara kepala, leher dan badan.
Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru.
Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis, mata
mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase dewasa. Anggota ordo
Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas dari air. Pola
persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa.
Contoh ordo caudata
3. Ordo
Anura
Nama anura mempunyai arti tidak memiliki
ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai
ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai berkembang
baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini mendukung
pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput
diantara jari-jarinya. Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan
ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata dapat
digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan
di perairan yang tenang dan dangkal. Ordo
Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu:
·
Ascaphidae Leiopelmatidae
·
Bombinatoridae Discoglossidae
·
Pipidae Rhinophrynidae
·
Megophryidae Pelodytidae
·
Pelobatidae Allophrynidae
·
Bufonidae Branchycephalidae
·
Centrolenidae Heleophrynidae
·
Hylidae,Leptodactylidae Myobatrachidae
·
Pseudidae Rhinodermatidae
·
Sooglossidae Arthroleptidae
·
Dendrobatidae Hemisotidae
·
Hyperoliidae Microhylidae,
·
Ranidae Rachoporidae
Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia
yaitu Bufonidae, Megophryidae,
Ranidae, Microhylidae
dan Rachoporidae.
a.
Bufonidae
Famili ini sering disebut kodok
sejati. Ciri-siri umumnya yaitu kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar
paratoid di belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe
gelang bahu arciferal. Sacral diapophisis melebar. Bufo mempunyai mulut yang
lebar akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang dari pada
tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput. Fertilisasi
berlangsung secara eksternal. Famili ini terdiri dari 18 genus dan kurang lebih
300 spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara lain: Bufo
asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan Leptophryne borbonica.
Gambar Bufo
asper
b. Megophryidae
Ciri khas yang paling menonjol
adalah terdapatnya bangunan seperti tanduk di atas matanya, yang merupakan
modifikasi dari kelopak matanya. Pada umumnya famili ini berukuran tubuh kecil.
Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan kurang lincah. Gelang
bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran tinggi. Pada fase berudu
terdapat alat mulut seperti mangkuk untuk mencari makan di permukaan air.
Adapun contoh spesies anggota famili ini adalah Megophrys montana dan Leptobranchium
hasselti.
Gambar Leptobranchium hasselti
c. Ranidae
Famili ini sering disebut juga katak
sejati. Bentuk tubuhnya relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara
jari-jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus, licin
dan ada beberapa yang berbintil. Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala
tidak ada pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi seperti
parut di bagian maxillanya. Sacral diapophysis gilig. Fertilisasi secara
eksternal dan bersifat ovipar. Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh
spesiesnya adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana
nicobariensis, Fejervarya cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes
kuhli, Occidozyga sumatrana.
Gambar Rana hosii
d. Microhylidae
Famili ini
anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm. Kaki relatif panjang dibandingkan
dengan tubuhnya. Terdapat gigi pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa
genus tidak mempunyai gigi. Karena anggota famili ini diurnal, maka
pupilnya memanjang secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya
adalah: Microhyla achatina.
Gambar Microhyla
achatina
e. Rachoporidae
Famili ini sering ditemukan di areal sawah.
Beberapa jenis mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga
berbintil. Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi seperti
parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral diapophysis gilig. Berkembang biak
dengan ovipar dan fertilisasi secara ekstern.
Gambar Rachoporidae
II. 3 SISTEM PERNAPASAN (RESPIRATORIUM) PADA AMPHIBI DAN SISTEM PENCERNAAN
PADA AMPHIBI
A. Sistem Respirasi
1. Pemgertian
sistem respirasi
Respirasi diartikan sebagai proses yang
dilakukan oleh suatu organisme untuk menghasilkan energi dari hasil
metabolisme. Ada dua macam respirasi, yaitu respirasi eksternal (luar ) dan
respirasi internal (dalam). Respirasi luar meliputi pengambilan O2 dan
pengeluaran CO2 dan uap air anatara organisme dan lingkungan.
Respirasi internal disebut juga pernapasan
seluler kerena pernapasan
ini terjadi didalam
sitoplasma dan mitokondria.
Dikatakan Amfibi karena ia dapat hidup
di darat dan di air, oleh karena itulah pada setiap fase, kelas amfibi memiliki
alat pernapasan yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangannya. Dimulai dari
insang, (pada fase berudu), kulit, selaput rongga mulut hingga paru-paru (pada
fase dewasa). Salah satu contoh dari kelas amfibi yaitu katak. Waktu katak masih berbentuk larva, berudu hidup di air
dan bernapas dengan insang. Berudu
memiliki 3 pasang insang luar yang terdapat di belakang kepala. Insang luar terdiri atas lembaran
halus yang banyak mengandung kapiler darah. Apabila insang ini bergetar, maka
air di sekelilingnya selalu berganti dan oksigen yang larut dari air di
sekeliling insang ini berdifusi masuk ke dalam pembuluh kapiler darah.
Seiring dengan pertumbuhan berudu, timbul
celah insang dan terbentuk insang dalam.
Insang dalam mempunyai tutup insang
seperti pada ikan. Kemudian berudu
perlahan-lahan menjadi katak dewasa. Katak dewasa bernapas menggunakan
paru-paru dan kulit. Jika dari kulit Oksigen dari udara berdifusi melalui kulit
yang basah kemudian masuk ke pembuluh kapiler darah. Oleh karena itu katak
sering berada di tempat berair supaya kulitnya tetap lembab. Selain itu selaput
kulit pada rongga mulutnya juga di gunakan untuk memasukkan oksigen ke dalam
darah secara difusi.
2.
Alat-alat Pernapasan pada Amphibia
Respirasi
pada amfibi sebagian besar rmenggunakan paru-paru, selaput rongga mulut, kulit
dan disaat masa berudu menggunakan insang.
a.
Insang\
Insang
merupakan pernapasan yang dilakukan pada saat masa berudu. Insang terdiri atas
lembaran-lembaran kulit tipis yang mengandung pembuluh darah kapiler.
Insang luar selalu bergerak sehingga air di sekitarnya selalu
berganti dan oksigen yang terlarut di dalam air masuk ke dalam
pembuluh darah kapiler.
b.
Selaput
Rongga Mulut
Pada
selaput rongga mulut, pembuluh darah kapiler membentuk tonjolan ke permukaan
yang menyebabkan aliran udara menjadi
lamban, sehingga pertukaran gas lebih efisien. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat
pernapasan karna tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara di tempat itu.
Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring, Iubang hidung terbuka dan
glotis tertutup sehingga udara berada di rongga mulut dan berdifusi masuk
melalui selaput rongga mulut yang tipis.
c.
Kulit
Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak bernapas pula dengan
kulit, ini dimungkinkan karna kulitnya selalu dalam keadaan basah dan
mengandung banyak kapiler sehingga gas pernapasan mudah berdifusi. Oksigen yang
masuk lewat kulit akan melewati vena kulit (vena kutanea) kemudian
dibawa ke jantung untuk diedarkan ke seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida
dari jaringan akan di bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan
paru-paru lewat arteri kulit paru-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan
demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di kulit.
d.
Paru-paru
Katak
mempunyai sepasang paru-paru yang berbentuk gelembung tempat bermuaranya
kapiler darah. Permukaan paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk-bentuk seperti
kantung sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga mulut
dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Dalam
paru-paru terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi saat
mulut tertutup
a) Fase
inspirasi
Fase inspirasi
adalah saat udara (kaya oksigen) yang
masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit berdifusi pada gelembung-gelembung
di paru-paru. Mekanisme inspirasi adalah sebagai berikut. Otot Sternohioideus
berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk
melalui koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang bawah dan otot
geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut mengecil. Mengecilnya rongga
mulut mendorong oksigen masuk ke paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru
terjadi pertukaran gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler
dinding paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke lingkungan
b) Fase
ekspirasi
Otot-otot
perut dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru tertekan
keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak menutup dan sebaliknya
koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot rahang bawah berkontraksi yang juga
diikuti dengan berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil.
Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon dioksida keluar
.
Gambar : Mekanisme pernapasan pada Katak
B. Sistem Pencernaan
Salah satu contoh amfibi adalah
katak. Saluran pencernaan katak terdiri dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan kloaka. Kelenjar pencernaan
terdiri dari hati dan pankreas. Hati menghasilkan empedu.
Di dalam rongga mulut katak terdapat gigi dan lidah. Katak memiliki lidah yang ujungnya bercabang dua dan berpangkal di rahang bawah. Lidah katak dapat dijulurkan ke luar untuk menangkap mangsa, yaitu serangga. Di dalam rongga mulut juga terdapat kelenjar ludah yang menghasilkan ludah. Ludah berfungsi untuk mempermudah menelan makanan.
Pola sistem
pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut,
faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian struktur alat pencernaan
berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya
tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya. Pada hewan
invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara
fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah
memiliki alat pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel.
Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung
pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis
makanannya.
Sistem pencernaan
makanan pada amfibi, Contohnya pada katak. Makanan katak berupa hewan-hewan
kecil (serangga). Secara berturut-turut saluran pencernaan pada katak meliputi:
1.
Rongga mulut : terdapat gigi
berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa
2.
Esofagus : berupa saluran pendek.
3.
Ventrikulus : berbentuk kantung
yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi
2, yaitu tempat masuknya esophagus dan saluran keluar menuju anus.
4.
Intestinum (usus) : dapat
dibedakan atas usus halus dan usus tebal.
5.
Usus Halus : duodenum, jejunum,
dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
6.
Usus tebal berakhir pada rektum
dan menuju kloaka,
7.
Kloaka : merupakan muara
bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi dan urin.
Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna
merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua
lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu
yang berwarna kehijauan dan pancreas bewarna kekuningan, melekat diantara
lambung dan usus dua belas jari (duadenum). pankreas berfungsi menghasilkan
enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.
Kelenjar pencernaan pada amfibi,
terdiri atas hati dan pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas
lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan
empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan. pankreas
berwarna Kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari
(duadenum). pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada
duodenum.
Alat pencernaan makanan diawali oleh
cavum oris dan diakhiri oleh anus. Pada
beberapa bagian dari tractus digestoria mempunyai struktur dan
ukuruan yang berbeda. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk
dimakan akan dibasahi oleh air liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai
kelenjar ludah. Dari cavum oris makanan akan melalui pharynx, oesophagues yang
menghasilkan sekresi alkalis (basis) dan mendorong makanan masuk dalam
fentriculus yang berfungsi sebagai gudang percernaan.
Bagain muka frentriculus yang besar
disebut cardiarc, sedang bagian posterior mengecil dan berakhir dengan pyloris.
Kontraksi dinding otot ventriculus meremas makanan jadi hancur dan dicampur
dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim atau verment, yang merupakan
katalisator. Tiap – tiap enzim merubah sekelompok zat makanan manjadi ikatan –
ikatan yang lebih sederhana. Enzim yanbg dihasilkan oleh ventriculus dan
intestinum terdiri atas : pepsin, tripsin, erepsin untuk protein, lipase
untuk lemak. Disamping
itu ventriculus menghasilkan asam klorida untuk mengasam kan bahan makanan.
Gerakan yang menyebabkan bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak
peristalis. Beberapa penyerapan zat makanan terjadi di ventriculus tetapi
terutama terjadi di intestinum. Makanan masuk ke dalam intertinum dari
ventriculus melalui klep pyloris.
Kelenjar pencernaan yang besar adalah hepardan
pancreaticum yang memberikan sekresinya pada intestinum kecuali itu intestinum
menghasilkan sekresi sendiri. Hepar yang besar terdiri atas beberapa lobus dan
bilus atau zat empedu yang dihasilkan akan ditampung sementara dalam fesica
felea, yang kemudian akan dituangkan dalam intestinum melalui ductus cystcus
dahulu kemudian melalui duktus cholydocus yang merupakan saluran gabungan
dengan saluran yang dari pankreas. Fungsi bilus untuk mengilmusikan zat lemat.
Bahan makanan yang merupakan sisa di dalam intestinum major menjadi faeces dan
selanjutnya dikeluarjkan melalui anus.
II.4
SISITEM CARDIOVASKULER PADA KODOK
ATAU KATAK DAN SISITEM RANGKA DAN OTOT PADA BEBERAPA CONTOH HEWAN AMPHIBI
A.
Pengertian Kardiovaskuler
Sistem peredaran darah katak termasuk sistem peredaran
darah tertutup dan ganda. Jantung katak terdiri atas tiga ruang yaitu serambi
kiri dan kanan serta satu bilik kanan.
Sistem
Kardiovaskuler terdiri dari darah,jantung dan pembuluh darah. Jantung terletak
di dalam mediastinum di rongga dada. 2/3 nya terletak di bagian kiri, 1/3
nya terletak di bagian kanan dari garis tengah tubuh.
Jantung terletak didalam rongga mediastinum dari ronga dada
(toraks) diantara kedua paru. Selaput yang melapisi jantung disebut perikardium
yang terdiri atas 2 lapisan:
·
Perikardium
parietalis, yaitu lapisan luar yang melekat pada tulang dada dan selaput paru.
·
Perikardium
viseralis, yaitu lapisan permukaan dari jantung itu sendiri yang juga disebut
epikardium.
Diantara kedua lapisan tersebut terdapat cairan perikardium
sebagai pelumas yang berfungsi mengurangi gesekan akibat gerak jantung saat
memompa.
a. Struktur
jantung
Dinding
jantung terdiri dari 3 lapisan:
1. Lapisan
luar disebut epikardium atau perikardium.
2. Lapisan
tengah merupakan lapisan berotot, disebut miokardium.
3. Lapisan
dalam disebut endokardium.
b. Ruang
jantung
Jantung terdiri dari 4 ruang, yaitu dua ruang yang
berdinding tipis disebut atrium (serambi), dan 2 ruang yang berdinding tebal
disebut ventrikel (bilik).
1. Atrium
2. Atrium
kanan berfungsi sebagai penampungan darah yang rendah oksigen dari seluruh
tubuh. Darah tersebut mengalir melalui vena kava superior, vena kava inferior,
serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Dari atrium kanan
kemudian darah di pompakan ke ventrikel kanan.
1. Atrium
kiri menerima darah yang kaya akan oksigen dari paru melalui 4 buah vena
pulmonalis. Kemudian darah dialirkan ke ventrikel kiri.
Antara kedua atrium dipisahkan oleh
sekat yang disebut septum atrium.
1. Ventrikel
2. Ventrikel
kanan, menerima darah dari atrium kanan yang kemudian dipompakan ke paru
melalui arteri pulmonalis.
3. Ventrikel
kiri, menerima darah dari atrium kiri kemudian memompakannya ke seluruh tubuh
melalui aorta.
Kedua ventrikel dipisahkan oleh
sekat yang disebut septum ventrikel.
c. Katup
jantung
1. Katup Atrioventrikuler
Merupakan katup yang terletak diantara
atrium dan ventrikel.. katup antara atrium kanan dan ventrikel kanan
mempunyai tiga buah daun katup disebut katup
trikuspidalis. Sedangkan katup yang terletak diantara atrium kiri dan
ventrikel kiri mempunyai dua buah daun katup disebut katup
bikuspidalis atau katup mitral.
Katup AV memungkinkan darah mengalir dari
masing-masing atrium ke ventrikel pada waktu diastole ventrikel, serta mencegah
aliran balik ke atrium pada saat sistol ventrikel.
2. Katup Semilunar
Katup pulmonal, terletak antara arteri pulmonalis dan ventrikel kanan. Katup
aorta, terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Kedua katup semilunar
terdiri dari 3 daun katup. Adanya katup semilunar memungkinkan darah mengalir
dari masing-masing ventrikel ke arteri pulmonalis atau aorta selama sistol
ventrikel, dan mencegah aliran balik ke ventrikel sewaktu diastole ventrikel.
·
Arteri
Koroner
Arteri koroner adalah cabang pertama
dari sirkulasi sistemik. Sirkulasi koroner terdiri dari: arteri koroner
kanan dan arteri koroner kiri. Arteri koroner bermuara di
sebelah atas daun katup aorta yang disebut ”sinus valsava”.
·
Vena Jantung
Distribusi vena koroner sesungguhnya
paralel dengan distribusi arteri koroner. Sistem vena jantung terdiri dari 3
bagian: vena tebesian, vena kardiaka anterior,sinus
koronaria.
3. Pembuluh
darah
Keseluruhan sistem peredaran (sistem
kardiovaskuler) terdiri dari arteri, arteriola, kapiler, venula dan vena.
·
Arteri
Arteri berfungsi untuk transportasi
darah dengan tekanan yang tinggi ke seluruh jaringan tubuh. Dinding arteri kuat
dan elastis (lentur), kelenturannya membantu mempertahankan tekanan darah
diantara denyut jantung. Dinding arteri banyak mengandung jaringan
elastis yang dapat teregang saat sistol dan mengadakan rekoil saat diastol.
·
Arteriola
Merupakan cabang paling ujung dari
sistem arteri, berfungsi sebagai katup pengontrol untuk mengatur pengaliran
darah ke kapiler. Arteriol mempunyai dinding yang kuat sehingga mampu kontriksi
atau dilatasi beberapa kali ukuran normal, sehingga dapat mengatur aliran darah
ke kapiler. Otot arteriol dipersarafi oleh serabut saraf kolinergik yang
berfungsi vasodilatasi. Arteriol merupakan penentu utama resistensi/tahanan
aliran darah, perubahan pada diameternya menyebabkan perubahan besar pada
resistensi.
·
Kapiler
Merupakan pembuluh darah yang halus
dan berdinding sangat tipis, yang berfungsi sebagai jembatan diantara arteri
(membawa darah dari jantung) dan vena (membawa darah kembali ke jantung).
Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah.
Kapiler memungkinkan oksigen dan zat makanan berpindah dari darah ke dalam jaringan dan memungkinkan hasil metabolisme berpindah dari jaringan ke dalam darah.
·
Venula
Dari kapiler darah mengalir ke dalam
venula lalu bergabung dengan venul-venul lain ke dalam vena, yang akan membawa
darah kembali ke jantung.
·
Vena
·
Vena
memiliki dinding yang tipis, tetapi biasanya diameternya lebih besar daripada
arteri, sehingga vena dapat mengangkut darah dalam volume yang sama tetapi
dengan kecepatan yang lebih rendah dan tidak terlalu dibawah tekanan. Karena
tekanan dalam sistem vena rendah maka memungkinkan vena berkontraksi sehingga
mempunyai kemampuan untuk menyimpan atau menampung darah sesuai kebutuhan
tubuh.
Sistem peredaran darah(kardiovaskuler) pada katak terdiri dari, jantung beruang tiga, arteri, vena, sinus, venosus, kelenjar limfa, dan cairan limfa.darah katak tersusun dari plasma darah yang terang (cerah) dan berisi sel – sel darah (korpuskula), yakni sel – sel darah merah , sel darah putih dan keeping sel darah.
Jantung katak terdiri dari:
1. Sebuah bilik yang berdinding tebal dan letaknya disebelah posterior
2. Dua buah serambi , yakni serambi kanan (atrium dekster) dan serambi kiri (atrium sinister)
3. Sinus venosus yang berbentuk segitiga dan terletak disebelah dorsal dari jantung
4. Trunkus arteriosus berupa pembuluh bulat yang keluar dari bagian dasar anterior bilik.
Untuk mencegah berbaliknya, aliran darah, di antara serambi dan bilik terdapat katup (valve), sedangkan antara serambi kanan dan kiri terdapat sekat (septum). Di dalam trunkus arteriosus terdapat katup spiralis. Darah yang mengandung CO2, dari seluruh tubuh masuk ke jantung melalui vena kava (pembuluh balik tubuh). Darah ini mula – mula berkumpul di sinus venosus, dan kemudian karena adanya kontraksi maka darah akan masuk serambi kanan. pada saat itu, darah yang mengandung O2, yang berasal dari paru-paru masuk ke serambi kiri. Bila kedua serambi berkontraksi maka darah akan terdorong ke dalam bilik. Dalam bilik terjadi sedikit percampuran darah yang kaya O2 dan miskin O2.
Untuk selanjutnya, darah yang kaya O2 dalam bilik dipompa melalui trunkus arteriosus menuju arteri hingga akhirnya sampai di arteri yang sangat kecil (kapiler) diseluruh jaringan tubuh. Dari seluruh jaringan tubuh, darah akan kembali kejantung melewati pembuluh balik yang kecil (venula) dan kemudian ke vena dan akhirnya ke jantung, sementara itu, darah yang miskin dipompa keluar melewati arteri konus tubular.
Pada katak dikenal adanya sistem porta , yaitu suatu sistem yang dibentuk oleh pembuluh balik (vena ) saja.
B.
Sistem Otot
1.
Sistem
Otot
Sistem otot
pada amfibi, seperti sistem-sistem organ yang lain, sebagai transisi antara
ikan dan reptil. Sistem otot paada ikan berpusat pada gerakana tubuh ke
lateral, membuka dan menutup mulut serta gill apertura (celah insang) dan
gerakan sirip yang relatif sederhana.Kebutuhan hidup di darat mengubah susunan
ini.
Sistem otot
pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan, tetapai tampak tanda-tanda
perbedaan. Sekat horizontal membagi otot dorsal dan ventral. Bagian dari otot
epeksial atau dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral adalah menjadi
bukti dalam pembagian otot-otot setiap segmen tubuh amfibi.
Selanjutnya
otot hipaksial terlepas atau terbagi-bagi dalam lapisan-lapisan, kemudian
membentuk otot-otot oblique eksternal,oblique internal dan otot tranversus,
sedangkan otot dermal sangat kurang.Berbagai macam gerakan pada amfibi yaitu,
berenang,berjalan, meloncat atau memanjat, melibatkan perkembangan berbagai
tipe otot.Beberapa diantaranya terletak dalam tungkai itu dan berupa otot
intrinsik.
Tubuh katak dan
vertebrata lainnya mengandung tiga macam otot daging, yaitu otot daging
berserat halus, otot daging jantung, dan otot daging berserat melintang.
Perbedaan itu berdasar susunan secara mikroskopis dan fisologis. Otot daging
sebelah luar tediri atas otot daging skletal atau otot daging yang melekat pada
tulang-tulang.Otot daging tersebut terkendalikan oleh kemauan pada
gerakannya.Masing-masing otot daging itu terdiri atas serat-serat yang satu
sama lain digabung oleh jaringan ikat.Kedua ujung biasanya melekat pada tulang
yang berlainan.Bagian central yang sedikit gerak disebut “origin” sedang bagian
distal yang merupakan bagian yang banyak gerak disebut “insertion”. Banyak otot
daging yang memiliki perluasan dengan jaringan ikat sehingga dapat membungkus
sebelah ujung tulang yang disebut “tendon”.
Otot daging
mengadakan aktivitas dengan jalan kontraksi yakni memanjang-memendekkan
jari;dengan demikian kedua tulang yang terikat olehnya akan bergerak.Otot
daging secara umum dibagi atas dua kelompok yang berlawanan.
Dibawah ini
akan disebutkan tipe umum dari otot-otot daging dengan model aktivitasnya
dengan masing-masing contoh:
1.
Flexor : Mengikat satu
bagian dengan bagian lain; contoh biceps sebagai pengikat lengan bawah dengan
lengan atas.
2.
Extensor : Meluruskan
atau memperluas suatu bagian; contoh triceps meluruskan lengan bawah pada
lengan atas.
3.
Abductor : Menarik
suatu bagian menjauh dari sumbu tubuh (atau anggota); contoh deltoid
menarik lengan ke samping.
4.
Adductor : Menarik satu
bagian menuju ke arah sumbu tubuh (atau anggota); contoh atianus dorsi
menarik lengan keatas dan kembali.
5.
Depressor : Menurunkan
suatu bagian; contoh depresor manbulae menggerakkan kebawah rahang bawah
untuk menggerakkan mulut.
6.
Levator
: Mengangkat atau meninggikan suatu
bagian;contoh masseter mengangkat rahang untuk menutup
mulut.
7.
Rotator
: Memutar suatu bagian;contoh pyriformis,
meninggikan dan memutar femur.
Otot
daging yang tunduk kepada kemauan dibagian atas tiga bentuk struktur umum:
1.
Otot
daging lebar dan pipih misalnya obliqus externus dan transversus yang membentuk didnding abdomen;
2.
Otot
daging gilik (silindris) dengan ujung yang menyisip, misalnya biceps atau
deltoid
3.
Otot daging sphincter dengan serat melingkar,
misalnya sphincter ini yang berfungsi untuk menutup anus.
Dalam banyak gerakan berbagai tubuh beberapa otot daging
bereaksi bersama-sama dengan beberapa kontraksi. Koordinasi dalam hal tersebut
dilaksanakan oleh sistem saraf. Tiap-tiap serat atau berkas otot mempunyai
akhir ujung saraf motoris yang membawa perintah untuk merangsang kontraksi.
II.5
SISTEM PEREDARAN ATAU SIRKULASI DAN SISTEM ENDOKRIN
A.
Sistem Sirkulasi Darah
Jantung katak dibungkus
oleh selaput pericardium. Terdiri atas tiga ruang, dua serambi (atrium) dan
satu bilik (ventriculum). Hal ini menyebabkan darah yang telah dipakai oleh
tubuh (darah kotor) tercampur dengan darah bersih dari paru-paru dalam
ventriculum.
Darah katak terdiri
dari plasma dan benda darah. Benda darah terdiri antara lainn sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan sel bentuk kumparan (spindle
cell). Spindel cell memiliki fungsi yang sama seperti trombosit pada manusia.
Sel darah merah pada katak memiliki inti.
Fungsi yang terpenting dari sistem
sirkulasi yaitu:
1.
Mengangkut oksigen dan karbon dioksida
antara alat pernafasan dengan jaringan-jaringan di seluruh tubuh.
2.
Mengangkut zat makanan dan air dari
tractus digestivus ke organ lain.
3.
Mengangkut persediaan zat makanan dari
satu tempat ke tempat lain.
4.
Mengangkut sisa-sisa zat organik dan
garam mineral yang sudah tidak berguna lagi ke alat ekskresi (ren).
5.
Mengedarkan hormon dari kelenjar
endokrin ke tempat-tempat yang membutuhkan.
Jantung amfibi terdiri
dari tiga ruang yaitu 2 atrium dan 1 ventrikel. Sebagian besar amfibi mempunyai
problem untuk mengisi jantung yang menerima darah oksi dari paru-paru dan darah
deoksi yang tidak mengandung oksigen dari tubuh. Untuk mencegah banyaknya
pencampuran dua jenis darah tersebut, amfibi telah mengembangkan ke arah sistem
sirkulasi transisional. Jantung mempunyai sekat interatrial, kantong
ventrikulur, dan pembagian konus arteriosus dalam pembuluh sistemik dan
pembuluh pulmonari. Darah dari tubuh masuk ke atrium kanan dari sinus venosus
kemudian masuk ke sisi kanan ventrikel, dan dari sini dipompa ke paru-paru.
Darah yang mengandung oksigen dari paru-paru masuk ke atrium kiri lewat vena
pulmonalis kemudian menuju sisi kiri ventrikel untuk selanjutnya dipompa menuju
ke seluruh tubuh. Beberapa pengecualian terjadi pada salamander yang didak
mempunyai paru-paru, di mana celah interatrial tidak lengkap dan vena
pulmonalis tidak ada.
B.
Sistem Endokrin
Sistem
endokrin pada amphibian mirip pada vertebrata tingkat tinggi. Katak misalnya
memiliki kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi intern yang disebut
hormon. Fungsinya mengatur atau mengontrol tugas-tugas tubuh, merangsang hormon
baik yang bersifat mengaktifkan atau mengerem pertumbuhan, mengaktifkan
bermacam-macam jaringan berpengaruh terhadap tingkah laku mahluk. Pada dasar
otak terdapat glandulae pituitaria atau glandulae hypophysa.
Bagian anterior kelenjar ini pada
larva menghasilkan hormone pertumbuhan. Hormon ini mengontrol pertumbuhan tubuh
terutama panjang, dan kecuali itu mempengaruhi glandulae thyroidea. Pada katak
dewasa bagian anterior glandulae pituitaria ini menghasilkan hormone yang
menghasilkan hormone yang merangsang gonad untuk mengahsilkan sel kelamin. Jika
kita mengadakan implantasi kelenjar ini dengan sukses pada seekor katak dewasa
yang tak dalam keadaan berkembang biak, maka mulai saat itu segera terjadi
perubahan. Implantasi pada hewan betina mengakibatkan hewan tersebut
menghasilkan ovum yang telah masak. Implantasi pada hewan jantan mengakibatkan
dihasilkannya sperma. Kelenjar tiroid (gondok) yang terdapat di belakang tulang
rawan hyoidmenghasilakan hormon thyroid yang mengatur metabolisme secara umum.
Di
samping itu, hal ini juga dipercaya sangat penting dalam mempengaruhi periode
pelepasan lapisan luar kulit. Bila seekor berudu diambil dan bagian anterior
glndulae hypophysannya, berudu tersebut tak akan tumbuh menjadi katak tapi bila
potongan itu ditransplatasikan kemabali, maka pertumbuhan akan terjadi sebagai
mana mestinya. Pemberian hormon yang dihasilkan oleh bagian anterior hypophysa
ini baik secara oral atau suntikan menyebabkan pertumbuhan raksasa.
Bagian tengah pituitaria akan menghasilkan hormon intermidine yang mempunyai peranan dalam pengaturan kromotofora dalam kulit. Bagian posterior pituitaria menghasilkan suatu hormon yang mengatur pengambilan air. Glandulae phyroidea yang terdapat di belakang tulang rawan hyoid menghasilkan hormon thryoid yang mengatur metabolisme secara umum. Kelnjar ini menjadi besar pada berudu sebelum metamorfose menjadi katak. Jika kelenjar itu diambil maka berudu tidak akan menjadi katak. Kelenjar pankreas menghasilkan hormon nsulin yang mengatur metabolisme (memacu pengubahan glukosa menjadi glikogen. Pada permukaan luar ginjal terdapat glandula suprarenalis atau glandula adrenalis yang kerjanya berlawanan dengan insulin (mengubah glikogen menjadi glukosa).
Bagian tengah pituitaria akan menghasilkan hormon intermidine yang mempunyai peranan dalam pengaturan kromotofora dalam kulit. Bagian posterior pituitaria menghasilkan suatu hormon yang mengatur pengambilan air. Glandulae phyroidea yang terdapat di belakang tulang rawan hyoid menghasilkan hormon thryoid yang mengatur metabolisme secara umum. Kelnjar ini menjadi besar pada berudu sebelum metamorfose menjadi katak. Jika kelenjar itu diambil maka berudu tidak akan menjadi katak. Kelenjar pankreas menghasilkan hormon nsulin yang mengatur metabolisme (memacu pengubahan glukosa menjadi glikogen. Pada permukaan luar ginjal terdapat glandula suprarenalis atau glandula adrenalis yang kerjanya berlawanan dengan insulin (mengubah glikogen menjadi glukosa).
II.
6
SISTEM UROGENITAL DAN SISITEM SYARAF
A. Sistem Urogenital
1.
Organon
Uropetricum
Ginjal amfibi,
seperti pada ikan sejenis opistonefros. Amfibi berekor ginjalnya berstruktur
elongasi seperti pada Elasmobranchii tetapi pada jenis Anura ada tendensi
menjadi pendek. Banyak amphibi yang sebagian atau seluruh hidupnya berada dalam
air, korpuskel renalis nya berkembang untuk membantu mencegah pengenceran yang
berlebihan dari cairan tubuh. Pembuluh arkinefrik amfibi jantan berupa genital
ekskretori. Pembuluh arkinefrik tersebut hanya melakukan transport sperma.
Sistem ini masih
disebut sebagai suatu sistem gabungan karena masing-masing sistem masih
tergabung pada kloaka sebagai muara bersama baik untuk sistem ekskresi maupun
untuk sistem reproduksi, dan kecuali untuk feses.
Sistem ekskresi sebagai
sistem pembuangan zat-zat yang tidak berguna pada amphibi dilakukan oleh kulit,
paru-paru, dan beberapa zat yang tidak berguna itu dilepaskan oleh hati berupa
empedu dan yang terpenting dilakukan oleh ren. Ren yang berbentuk bulat
panjang, berwarna coklat terpisah dari coelom di bawah vertebrae. Pemisahan ini
disebut “retroperitonial”. Ren merupakan alat filter selektif untuk membuang
sisa-sisa zat organis dan garam-garam mineral dari pembuluh darah. Proses
filtrasi terjadi pada capsula renalis.
Sebuah capsula renalis terdiri atas:
1)
Pembuluh darah kecil yang berlekuk-lekuk
yang disebut “glomerulus”
2)
Dinding ganda yang berbentuk mangkokan
yang disebut “capsula bowman”
3)
Tubulus uriniferus yang merupakan
pembuluh lanjutan dari capsula bowman dililiti oleh pembuluh darah arteri.
Tubulus itu akan menyalurkan isinya pada pembuluh pengumpul yang disebut ductus Wolfian atau ureter, yang merupakan pembuluh sepanjang dorsal menuju ke vesica
urinaria sebagai penyimpan sementara. Akhirnya urin sebagai bahan sampah
dibuang ke kloaka dan selanjutnya dikeluarkan dari tubuh.
2.
Organon Genitale
Organon
ini terdiri atas:
Organon genitalis masculinus yang berupa
sepasang testis berbentu oval berwarna keputih-putihan, terletak di sebelah
anterior dari ren; diikat oleh alat penggantungnya yang kita sebut mesorchium yang terjadi dari lipatan
peritoneum. Di sebelah cranial testis melekatlah corpus adiposum, suatu zat
lemak yang berwarna kekuning-kuningan, sedang di sebelah median dataran testis
terdapat saluran-saluran halus yang disebut vasa
efferentia yang bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju ke kloaka.
Akhir dari ureter mengalami pembesaran dan disebut vesicular seminalis, sebagai tempat penampungan spermatozoa
sementara.
Organon
genitalis femimus yang terdiri atas sepasang ovarium dilekatkan dengan bagian
dorsal coelom oleh alat penggantung yang disebut mesovarium, yang terjadi dari lipatan peritoneum. Pada hewan yang
telah dewasa kadang-kadang terdapat ova yang berwarna hitam dan putih berbentuk
bintik-bintik. Pada ovarium juga terdapat corpus
adiposum yang berwarna kekuning-kuningan. Pada “breeding season” ova yang
telah masak menembus dinding ovarium untuk masuk ke dalam oviduct, yaitu suatu saluran yang berkelok-kelok dengan ujung
terbuka sehingga tidak berhubungan dengan ovarium. Pada sebelah posterior
saluran ini melebar dengan dinding yang tipis, kadang-kadang ada yang menyebut
sebagai uterus. Selanjutnya ovum menuju ke kloaka pada suatu papilae.
Fertilisasi terjadi di luar tubuh, tapi walaupun demikian pada “breeding
season” katak jantan menempel di punggung katak betina untuk memudahkan
terjadinya fertilisasi.
B.
Sistem Syaraf
Susunan syaraf pada
katak terdiri dari sistem syaraf pusat yaitu otak (cerebrum) dan tulang
belakang (medulla spinalis). Dan kedua pusat tersebut keluar serabut-serabut
syaraf tepi (perifer).
Otak dalam cranium
dibungkus oleh lapisan-lapisan/seraput duramater (diluar) dan piamater (di
sebelah dalam). Bagian-bagian dari otak antara lain:
- Telencephalon
- Telencephalon
- Diencephalon
- Mesencephalon
- Metencephalon (cerebrum)
- Myelincephalon (Medulla oblongata)
Terdiri
atas sistem nervorum central dan sistem nervorum periforium. Dalam Sistem nervorum central terdiri dari
encephalon (otak) dan medulla spinalis (nervecord). Encephalon terdapat dalam
kotak otak (Cranium). Dari pandangan sebelah dorsal akan tampak dua lobus
olfactorius menuju saccus nasalis, dua hemispherium cerebri atau cerebrum kanan
kiri yang berbentuk ovoid yang dihubungkan oleh comissura anterior sedang
bagian anteriornya bergabung dengan diencephalon medialis. Di bagian belakang
terdapat dua bulatan lobus opticus yang ditumpu otak tengah (mesencephalon) sebelah bawah dan selanjutnya
diikuti oleh cerebellum (otak kecil) yang merupakan bagian kecil. Di
belakangnya terdapat bagian yang terbuka sebelah atas yaitu medulla oblongata
yang selanjutnya berhubungan dengan medulla spinalis, berakhir di sebelah
caudal dengan felium terminale. Diencephalon mempunyai badan sebelah dorsal
yang disebut epiphyse atau glandulae pinealis. Di bawah diencephalon terdapat
chiasma opticua, yang selanjutnya diikuti oleh infudibulum yang tumbuh keluar
sebagai segitiga tumpul dengan hypophyse atau glandulae pituitaria pada
posteriornya. Di dalam otak terdapat rongga-rongga yang disebut ventriculus.
Cairan cerebrospinalis mengisi ventriculus-ventriculus tersebut dan sekitar
otak. Pertukaran zat atau metabolism pada otak dilakukan oleh pembuluh-pembuluh
darah arteri dan venulae yang meliputi jaringan permukaan otak. Otak dan
medulla spinalis dibungkus oleh dua membran yang tebal yaitu duramater yang
berbatasan dengan tulang, dan membran halus yaitu piamater yang berbatasan
dengan jaringan saraf. System nervorum perivorum terdiri atas nervi Cranialis
dan nervi spinalis. Nervi spinalis berpusat pada otak di berbagai lobus.
BAB III
PENUTUP
III.1
Kesimpulan
1.
Ciri-ciri Hewan
Amfibi antara lain yaitu :
a. Amfibi
memiliki tulang belakang. Mereka adalah vertebrata.
b.Amfibi
adalah hewan berdarah dingin. Mereka tidak bisa mengatur suhu tubuh mereka
sendiri.
c. Amfibi
menghabiskan setidaknya sebagian dari kehidupan mereka di air dan di darat.
d.
Amfibi tidak memiliki sisik dan
kulit mereka permeabel (molekul dan gas dapat melewati).
e. Amfibi
memiliki insang untuk setidaknya bagian dari kehidupan mereka. Beberapa spesies
telah insang hanya sebagai larva, sementara yang lain dapat memiliki insang
sepanjang hidup mereka.
f. Kebanyakan
amfibi mengalami metamorfosis.
2. Kelas Amphibia dapat dibagi ke dalam
3 ordo yaitu :
·
Ordo
Anura (An= tanpa, uro= ekor), adalah amfibi yang tidak memiliki ekor pada fase
dewasanya yang meliputi katak dan kodok dan jumlahnya sekitar 5.228 spesies,
·
Ordo
Caudata (Caudal= ekor, ata= atas), adalah amfibi yang memiliki ekor yang biasa
disebut dengan salamander dan jumlahnya sekitar 552 spesies,
·
Ordo
Gymnophiona (gymnos= telanjang, ophio= ular), adalah amfibi yang biasa disebut
ular telanjang karena bentuknya seperti ular namun tanpa sisik atau biasa
disebut caecilian dan jumlahnya sekitar 171 spesies.
3.
Respirasi pada amfibi
sebagian besar rmenggunakan paru-paru, selaput rongga mulut, kulit dan disaat
masa berudu menggunakan insang. Sistem pencernaan amphibi terdiri
dari mulut, kerongkongan, lambung,
usus, dan kloaka. Kelenjar
pencernaan terdiri dari hati dan pankreas. Hati menghasilkan empedu.
4. Sistem Kardiovaskuler terdiri dari
darah,jantung dan pembuluh darah. Sistem otot pada amfibi masih metamerik
seperti pada ikan, tetapai tampak tanda-tanda perbedaan. Sekat horizontal
membagi otot dorsal dan ventral. Bagian dari otot epeksial atau dorsal
mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral adalah menjadi bukti dalam pembagian
otot-otot setiap segmen tubuh amfibi.
5. Jantung
katak dibungkus oleh selaput pericardium. Terdiri atas tiga ruang, dua serambi
(atrium) dan satu bilik (ventriculum). Sistem endokrin pada amphibian mirip
pada vertebrata tingkat tinggi.
6. Sistem
ekskresi sebagai sistem pembuangan zat-zat yang tidak berguna pada amphibi
dilakukan oleh kulit, paru-paru, dan beberapa zat yang tidak berguna itu
dilepaskan oleh hati berupa empedu dan yang terpenting dilakukan oleh ren.
III.2
Saran
Kita sebagai manusia sebaiknya menjaga spesies amfibi,
karena amfibi memiliki peran yang penting dalam kehidupan.
Di alam ini banyak sekali makhluk hidup, oleh karena itu kita sebagai manusia
makhluk yang paling sempurna bisa menjaga keseimbangan ekosistem di alam ini
agar makhluk hidup lain bisa terlindungi.
DAFTAR PUSTAKA
http://ahmadin1991.blogspot.com/2010/11/makalah-amphibi.html diakses pada
tanggal 20 Oktober 2014
http://www.zonabawah.blogspot.com/2011/08/dowload-makalah-kajian-tentang-amphibi.html. Diakses
tanggal 20 Oktober 2014
http://www.biologi.lipi.go.id/bio_indonesia/mTemplate.php?h=3&id_berita=56 Diakses tanggal
20 Oktober 2014
Soemadji. 2002. Zoologi.
Universitas Terbuka
Soewasono, R.
1985. Asisten Preparat I-V Fakultas Biologi. Yogyakarta: UGM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar